Sambil kilas balik ke masa lalu kita, coba sejenak kita pikirkan. Ketika kita masih SD kita belajar giat dan bersungguh-sungguh agar setelah 6 tahun, kita bisa lulus SD dengan NEM terbaik atau minimal cukup untuk masuk SMP favorit. Selepas itu kita juga belajar lebih keras lagi agar bisa masuk ke SMA terbaik di kota kita.
Di SMA juga begitu, kita belajar jauh lebih keras lagi untuk bisa bersaing di PTN favorit di seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. Di kuliahan pun kita juga masih harus mempertahankan semangat kita untuk bisa dapat lulus sebagai lulusan terbaik agar bisa bekerja di perusahaan-perusahaan besar. Disanapun kita harus bersaing untuk mendapat posisi dan pencapaian karir terbaik atau memimpin perusahaan sendiri yang menjadi penguasa pasar.
Jika alur tersebut benar-benar mulus dan sempurna tanpa cacat, maka disetiap ujung moment tersebut kita bisa menikmati perayaan-perayaan kecil yang tidak juga lama. Iya tidak lama, karena kita juga sudah harus menyiapkan perjuangan untuk tahapan berikutnya.
Namun berapa persen dari kita yang bener-bener mampu menjaga goals-goals Anda tetap on the track, tanpa meleset sama sekali. Hanya segelintir orang yang mampu benar-benar menuntaskan setiap tahap sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Ini logis sekali karena posisi pucuk pimipinan pasti hanya beberapa orang terbaik saja.
Apa jadinya jika ternyata kita pernah gagal disalah satu atau di beberapa tahapan yang kita lalui. Anda tidak masuk ke SMP favorit, SMA terbaik, PTN besar atau pimpinan perusahaan multinasional. Jika kita hanya menggunakan kaca mata kuda dan fokus hanya pada tujuan awal kita, kecil bagi kita untuk bisa melakukan selebrasi kemenangan. Karena dalam mindset kita, kita belum sukses. Meleset dari target adalah belum dikatakan sebagai kesuksesan.
Namun sebenarnya kita kehilangan hal yang jauh lebih besar dari sekedar kesuksesan atau kegagalan meraih tujuan kita. Apakah itu? Kemampuan mensyukuri dan menikmati setiap jengkal perjalanan.
Umumnya kita belajar tentang bagaimana kita meraih goals-goals kita. Bagaimana merencanakan strategi dan mengatur taktik untuk bisa sampai ditujuan. Namun hanya sedikit dari kita yang belajar bagaimana mengatur strategi dan taktik untuk bisa MENIKMATI PERJALANAN kita saat meraih TUJUAN.
Jika orang hanya fokus pada tujuan, dan ternyata gagal, padahal ia sudah menyiapkannya sekian lama. Maka ia berpotensi besar untuk depresi, baper dan gagal move on. Jika kita hanya fokus ke stasiun-stasiun pemberhentian, kita akan lupa bahwa sepanjang perjalanan ada banyak hamparan pemandangan-pemandangan yang indah luar biasa, yang membuat Anda merasa beruntung berada pada perjalanan itu. Kita juga tidak akan pernahsadar, bahwa orang-orang disamping kiri kanan kita sudah dikirim Tuhan untuk menemani setiap perjalanan kita.
Keluarga kita, teman sekolah kita, guru kita, dosen kita, teman main kita, teman kantor kita adalah harta-harta tak bernilai yang dianugerahkan Tuhan untuk menemani kita menuju tujuan yang kita tetapkan.
Mereka memang kadang sangat menyenangkan, kadang datar dan ada juga yang menjengkelkan. Tapi itu lah sebenarnya yang membuat setiap tahapan perjalanan kita penuh makna dan berharga. Bahkan kadang jauh lebih berharga dari tujuan-tujuan yang kita tetapkan, ketika mereka memberikan cerita dan pelajaran tentang tujuan yang akan kita raih jika melihat ada yang salah dengan tujuan kita.
Jika kita bisa menikmati perjalanan, kalau saja apa yang kita tetapkan ternyata meleset dari apa yang telah kita tetapkan, kita tidaklah kehilangan segalanya. Kita sudah menyimpan banyak momen indah dan pelajaran penuh hikmah selama perjalanan.
Jadi mulai sekarang janganlah hanya belajar mencapai tujuan, namun belajarlah pula untuk menikmati setiap jengkal perjalanan kita dalam mencapai tujuan. Agar kita bisa terus mendendangkan (atau nge-Rap bareng saya..hehehe) nyanyian syukur sepanjang perjalanan. Sikap kita selama perjalanan akan ikut menentukan seberapa dekat kita dengan tujuan kita. Nikmatilah perjalanan kita.. karena itu juga salah satu tujuan kita.
Selamt berhari Jum’at sahabat2ku
#DariAdri
