BACK TO NATURE = KOMUNIKASI H2H (Human to Human)

JANGAN MAU JADI SALES YANG GITU-GITU AJA KALO GAK MAU DIGITUIN
February 20, 2017
PEOPLE BEFORE MONEY
February 25, 2017

Ini aneh tapi nyata.. Makin hari jaman makin canggih, makin digital, namun sebaliknya ada hal yang sebenarnya makin kembali ke format alamiah.. back to nature.
Iya… mode komunikasi yang berubah, kembali ke mode sangat natural dan sangat basic.. H2H atau Human2Human Communications.

Sempat saya singgung di tulisan sebelumnya, tentang mode komunikasi yang makin eksis di dunia digital..yakni komunikasi H2H. Semakin maju peradaban ternyata akan membawa kita pada mode interaksi yang menganggap bahwa satu sama lain sedang berinteraksi secara langsung.

Teringat saat di Januari lalu saya bersama ada kunjungan ke Malang dan disana dijamu dengan sangat baik oleh sahabat2 saya disana Mas David dan Mas Cakra.

Ada pernyataan menarik dari Mas David saat kami di perjalanan menuju tempat makan “Saya liat kok kalau saya atau siapapun juga komen di FB-nya Pak Adriano, pasti cepat atau lambat akan direspon ya, jadi senang saya”.. lalu saya jawab “Buat saya FB atau media social lainnya hanyalah sarana tapi etika komunikasinya ya sama spt saat kita sedang tatap muka….kalau orang menyapa kita atau ajak ngobrol kita dan kita diam saja, itu artinya kan tidak sopan, jadi sebisa mungkin akan saya respon.

Dan cara – cara itupun saya lihat selalu dilakukan oleh guru2 saya spt Pak Jamil, Mas Indrawan, Pak Pras, Pak Hari subagya, Kang Yasier, Pak Kurnia dan Bu Ina, dll. Mereka sesibuk apapun akan menyempatkan untuk merespon komen2 ke media sosialnya.

Dulu jaman masih kirim surat lewat pos.. kita kirim surat hari ini baru terima balasan bulan depan masih maklum.
Sekarang era social media, bikin status kemudian komen gak berbalas aja sudah baper gak karuan.. sudah mikir yang nggak-nggak. Apa tadi Sy salah komen ya ? Padahal yg di komen juga belum baca, atau sudah baca tapi blm smpat balas.

Apalagi kalo mode komunikasi direct pake chat messager seperti BBM, WA, LINE atau Telegram. Kirim pesan ada notifikasi read.. tapi gak dibalas sudah emosi. Apa sih maksudnya orang ini.. cuma di read doang (Jangan Baper ya…hahaha). Padahal bisa jadi mau balas sudah ketimpa sama chat yang lain. Namanya ratusan teman.. puluhan grup.. pasti kacau juga kan…

Inilah yang perlu mendapat concern jika kita atau brand kita memutuskan untuk eksis di ranah digital. Jika kita setengah-setengah bisa akan mencederai brand kita. Karena orang menganggap brand kita sudah hadir layaknya HUMAN atau manusia. Inilah konsekuensi digital era.

Jadi ketika mereka kirim pesan ke kita or brand kita, maka ekspektasi mereka adalah bisa mendapat respon secepatnya. Ketika mereka komplain mereka ingin ditanggapi, direspon dan di kasih solusi. Kita sudah gak bisa sembrono dengan akun-akun social media yg kita buat. Jika perlu buat team, maka buatlah team yang memang khusus melayani digital era.

Ada 2 hal yg harus menjadi karakter Anda jika ingin memenuhi ekspektasi mereka sebagai HUMAN atau akun yang dimanusiakan.

Pertama: FAST RESPONSE. Memang sih definisi cepat disini bisa relatif. Tapi kita harus bisa mengukur seberapa cepat kemampuan kita menimpali apa yg customers kita sampaikan pada kita. Kalau telat respon jangan kebangetan. Ingat akun social media kita juga dipantau oleh banyak orang. Jika kita care dan memiliki respon yg sigap dan perhatian dengan orang yang berinteraksi dengan akun kita, itu bisa jadi point plus buat kita.

Sebaliknya jika kita respons dan ogah-ogahan, orang juga tidak akan respect sama kita. Jadi jika kita memang sedang tidak aktif, mending diberi notifokasi ke customers atau audiens kalau akun ini sedang tidak aktif.

Jangan sampai kita dicuekin customers gara-gara mereka menganggap kita sering nyuekin mereka. Saya yakin kita juga tdk pernah ada niatan nyuekin. Kita juga harus antisipasi, tidak semua customers memahami hal tersebut. Karena mereka juga tidak paham jadwal kita.

KEDUA: EMPATHIC LISTENING
Sekali lagi akun social media kita dipantau dan monitor banyak orang. Semua respon kita akan merepresentasikan bagaimana kita atau brand kita. Jika ada customers yang komplain, atau nyampein uneg-uneg nya sama kita, dengarkan dengan penuh empati.

Artinya jangan pernah berdebat hebat di akun social media kita atau brand kita. Selalu response dengan baik, bagaimanapun intonasinya. Anda bisa saja panas di kepala tapi pastikan hati dan apa yang Anda ketik tetap dingin dan adem. Ingat akun Anda juga dilihat orang. Jadi sekali saja mereka menangkap ada yang salah dengan response kita, mereka akan gampang sekali merekamnya dan menyematkan pada kita. Jadi waspadalah.. waspadalaah… hahaha

Kalau kita merasa berat dan ribet utk melakukan 2 poin diatas ya tidak usahlah aktif di social media, toh tidak ada yang mengharuskan. Atau bisa juga dengan menutup (disabled) comment di sosmed kita. Atau kalau kita berpendapat…”Kan saya nulis di social medai bukan utk dibaca dan dikomen org lain”…maka sebaiknya mulailah aktif menulis di Buku Diary lagi saja…heheheheh

Jika kita piawai memainkan akun social media kita dengan hati, maka akun kita akan menjadi alat campaign yang sangat powerful di era digital ini. Jadi jagalah baik-baik, optimalkan dengan baik. Bisa jadi itu adalah sumber pundi-pundi kita kedepannya.

Selamat datang digital era. Selamat menikmati Human to Human communications dan selamat berhari Rabu sahabat2ku

Adriano Giovani
(Excellent Improvement Trainer)
#DariAdri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *